Suatu hari, Kiki Gumelar asal Garut yang bekerja di Yogyakarta, sibuk melelehkan cokelat. Ia tengah memikirkan ide usaha yang berkaitan dengan cokelat. Kebetulan, saat itu ibunya sedang mampir ke Yogyakarta. Tentu sambil membawa oleh-oleh khas Garut. Apalagi kalau bukan dodol.
Asyik memasak cokelat sambil makan dodol, sebuah ide pun terlintas. Bagaimana kalau cokelat isi dodol Garut? Sisa cerita pun tinggal sejarah. Inilah awal mula Chocodot, cokelat dodol yang membuat Garut tak hanya dikenal sebagai kota dodol tetapi juga kota cokelat.
Gilang Gumilang, staf di Chocodot, menjelaskan dengan apik kisah awal mula Kiki Gumelar membuat usaha Chocodot. Kelar dengan sejarah, Kiki tak lupa memaparkan penghargaan yang pernah diraih Chocodot sampai produk-produk yang ada di Chocodot.
Perlu sesi tersendiri untuk menerangkan produk-produk Chocodot. Pasalnya, ada banyak produk sekali produk Chocodot. Sebut saja seperti Van Java Chocolate yang memiliki rasa cabai sampai jahe. Tentu yang klasik adalah cokelat isi dodol.
Cokelat yang dipilih bisa white chocolate atau dark chocolate. Selain itu, dodol isiannya pun bermacam-macam, ada yang rasa buah, cokelat, bahkan keju. Jika Anda tak terlalu penggemar manis, bisa pilih dark chocolate yang tak terlalu legit.
Lalu ada pula Dogar. Bersiaplah terkejut karena Dogar yang satu ini adalah cokelat isi abon daging. Rasanya? Cokelat jenis dark chocolate berpadu dengan legit dan pedasnya abon daging. Lintasan pertama saat mampir di lidah memang terasa aneh, namun selanjutnya membuat ketagihan.
Salah satu produk yang menarik adalah cokelat dengan wadah besek berwarna-warni. Demi pembuatan besek ini, Chocodot bekerja sama dengan lima koperasi yang ada di Garut. Tak tanggung-tanggung, produk yang satu ini pernah memenangkan penghargaan kemasan produk terbaik di Milan, Italia.
Belum lagi cokelat edisi humor. Nah, yang satu ini sukses membuat pengunjung selalu tersenyum geli membaca nama cokelat di kemasan. Bayangkan, masa ada cokelat enteng jodoh sampai cokelat anti galau.
“Yang ini memang kita buat sedikit jenaka. Bahkan di tulisan kandungannya kita buat lucu,” kata Gilang.
Kelar penjelasan, sesi berikutnya adalah demo memasak cokelat. Pengunjung yang sore itu, Selasa (10/4/2012), didominasi ibu-ibu pun mulai menunjukkan minatnya. Dengan antusias mereka bertanya tips melelehkan cokelat yang baik.
“Yang pasti, cokelat yang dilelehkan jangan sampai terkena air sedikit pun. Air bisa merusak tekstur cokelat,” saran Gilang.
Ya, di sini letak keunikan “jualan” ala Chocodot. Pengunjung yang mampir ke gerai toko Chocodot, tak hanya sekadar datang untuk berbelanja oleh-oleh berupa cokelat dodol.
Para pengunjung pun bisa mengikuti demo pembuatan cokelat dodol ataupun mengikuti kelas memasak. Menurut Gilang, untuk kelas memasak, peserta akan dikenai biaya Rp 50.000 dengan minimun peserta 50 orang.
“Bisa saja pesertanya lebih sedikit, tetapi hitungannya beda lagi,” kata Gilang.
Dengan harga tersebut, peserta juga mendapatkan makan siang dan foto studio di Chocodot. Selain itu, menu yang diajarkan bukan hanya cokelat dodol, tetapi juga burger dodol. Tertarik? Ingat untuk melakukan reservasi kelas memasak sebelum Anda mampir ke Chocodot yang terletak di Jalan Otto Iskandardinata No. 2, Pasawahan Tarogong, Garut.
Apalagi di area depan toko terdapat tempat nongkrong yang asyik. Pujasega atau pusat jajanan khas Garut menjadi sebutan area tempat makan ini. Sebuah layar lebar untuk nonton bareng pun membuat suasana nongkrong di malam hari makin asyik.
Sumber : kompas.com